Kamis, 15 Maret 2012

MADRASAH NIZAMIAH DAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah mengatakan bahwa Islam pernah mencapai masa keemasannya yaitu pada masa dinasti Abasiyah. Dinasti Abbasiyah adalah dinasti yang berdiri setelah kekuasaan Dinasti Umayah berakhir. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H/750 M s.d. 656 H/ 1258 M. Masa ini oleh para ahli sejarah dikelompokkan dalam 5 periode, yaitu:
1. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama;
2. Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama;
3. Periode ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih juga disebut masa pengaruh Persia kedua;
4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan Bani Saljuk disebut juga dengan masa Pengaruh Turki kedua;
5. Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.
Dinasti Umayyah adalah dinasti yang melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, maka selanjutnya pada masa Dinasti Abbasiyah Islam mulai memperkokoh peradaban. Kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi.
Lembaga-lembaga pendidikan mulai berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi, serta sebagai pusat penerjemahan.
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang Madrasah Nizamiah sebagai salah satu akademi yang didirikan pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah masa kekuasaan Bani Saljuk dan kaitannya dalam perkembangan peradaban Islam. Pembahasan dibatasi pada: Dinasti Abbasiyah sebagai dinasti ilmu pengetahuan dan peradaban, Madrasah Nizamiah, dan Madrasah Nizamiah dalam Perkembangan Peradaban Islam.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah
Sebagai pengantar pada pembahasan utama tentang Madrasah Nizamiah, dilakukan pembahasan tentang perkembangan peradaban Islam Dinasti Abbasiyah. Hal ini dikarenakan Madrasah Nizamiyah itu sendiri berdiri pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Dinasti Abbasiyah adalah dinasti yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah yang memang sudah luas. Saat itu peradaban Islam adalah peradaban yang paling maju, sehingga banyak para mahasiswa dari Eropa dan belahan dunia lainnya datang untuk belajar di berbagai perguruan tinggi yang didirikan oleh umat Islam.
Dalam masa kekuasaannya Dinasti Abbasiyah berdasarkan pola dan perubahan politik, menurut para ahli sejarah dikelompokkan dalam lima periode.
Pada periode pertama, setelah khalifah Abu Abbas As-Saffah dan penerusnya Abu Ja’far al-Mansur telah meletakkan dasar-dasar pemerintahan, maka masa keemasan dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, dan mencapai puncak popularitas pada masa Harun Ar-Rasyid dan putranya Al-Makmun. Kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi.
Kebudayaan Persia telah memperkaya khazanah peradaban Islam dengan tradisi keilmuan dan pemerintahan yang sejak lama sudah berkembang. Banyak penulis Persia yang mempelopori perkembangan ilmu dalam Islam. Kebudayaan India juga telah memperkaya khazanah peradaban Islam dengan masuknya ilmu kedokteran, perbintangan, dan matematika asal India ke Bagdad. Yang opaling banyak mempengaruhi perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa Abbasiyah ini adalah unsure kebudayaan Yunani. Kota-kota yang menjadi pusat peradaban dan pemikiran Yunanai setelah ditaklukkan oleh Islam, tradisi keilmuannya tetap terjaga.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat setelah khalifah mendirikan lembaga yang sesuai, yaitu perpustakaan-perpustakaan, yang terbesar diantaranya adalah Baitul Hikmah yang didirikan oleh khalifah Harun Ar-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah al-Ma’mun.
Pada periode kedua, dari segi pemerintahan, setelah khalifah al-Mutawakkil wafat, orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan. Mereka memilih dan mengangkat khalifah. Dengan demikian, kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap pada jabatan khalifah. Sebenarnya ada usaha untuk melepas diri, tetapi usaha itu gagal. Dari segi kehidupan intelektual periode ini terus berkembang.
Perode ketiga, Dinasti Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah lebih buruk dari masa sebelumnya, terutama karena Bani Buwaihi adalah penganut aliran Syi’ah. Meskipun demikian, dalam bidang ilmu pengetahuan Dinasti Abbasiyah terus mengalami kemajuan. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Maskawaih, dan kelompok studi Ikhwan as-Safa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalami kemajuan. Kemajuan ini diikuti dengan pembangunan kanal masjid dan rumah sakit.
Periode keempat ditandai dengan kekuasaan Bani Saljuk. Sebagaimana periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada periode ini. Nizam al-Mulk, perdana menteri masa Alp Arslan dan Maliksyah mendirikan madrasah Nizamiah. Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Mengenai madrasah Nizamiyah inilah yang menjadi pembahasan berikutnya dalam makalah ini.
Selanjutnya periode kelima, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa tetapi hanya di Bagdad dan sekitarnya.



B. Madrasah Nizamiah
Madrasah Nizamiah didirikan oleh wazir Nizam al-Mulk . Madrasah-madrasah Nizam al-Mulk itu termasyhur seluruh dunia. Pada tiap-tiap kota Nizam al-Mulk mendirikan satu madrasah yang besar. Diantaranya di Bagdad, Balkh, Naisabur, Harat, Ashfahan, Basran, Marw, Mausul dan lain-lain . Namun dalam makalah ini penyusun hanya memperoleh informasi tentang Madrasah Nizamiah di daerah Naisabur dan Bagdad.
1. Latar Belakang Pendirian Madrasah Nizamiah
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Nizamiah, antara lain:
1. Pendidikan
Nizam al-Mulk adalah seorang sarjana, sehingga perhatiannya terhadap institusi pendidikan adalah sesuatu yang pantas. Dari sisi yang lebih praktis, kehadiran madrasah memang dibutuhkan untuk melengkapi berbagai kelemahan yang sulit dihindari dalam system pendidikan masjid.
2. Konflik antar kelompok keagamaan
Abad kelima adalah masa dimana sejarah mencatat terjadinya konflik antara kelompok-kelompok keagamaan dalam Islam, misalnya Mu’tazilah, Syi’ah, Asy’ariyah, Hanafiyah, Hanbaliyah, dan Syafi’iyah. Wazir Saljuk sebelum Nizam al-Mulk adalah al-Kunduri seorang bermazhab Hanafi dan pendukung Mu’tazilah. (Para sultan Saljuk sendiri adalah dari kelompok Hanafiah). Salah satu kebijakannya sebagai wazir adalah mengusir dan menganiaya para penganut Asy’ariyah yang sering kali juga berarti penganut mazhab Syafi’i. al-Kunduri kemudian digantikan oleh Nizam al-Mulk, seorang Syafi’iyah Asy’ariyah dan karenanya secara alamiah berhadapan dengan kelompok Mu’tazilah, Syi’ah, Hanbaliyah, dan Hanafiyah.
Lewat pembangunan madrasah ia ingin memperbaiki keadaan kelompok Asy’ariyah, tetapi tidak berarti ia ingin menghancurkan yang lain melainkan dimanfaatkan untuk menciptakan stabilitas.
3. Pendidikan pegawai pemerintahan
Dalam kedudukannya sebagai wazir, Nizam al-Mulk harus memperhatikan satu system administrasi Negara yang sangat besar, yang melibatkan teritori yang sangat luas, berisi penduduk dengan latar belakang kebangsaan, budaya, dan keagaman. Dalam hal ini, salah satu prioritasnya adalah membangun satu administrasi yang kokoh dengan system kendali yang kuat dan berpengaruh. Madrsah membantunya dengan mengeluarkan lulusan yang siap bekerja untuk pemerintahan.
4. Politik
Untuk membangun suatu pemerintahan yang stabil, dibutuhkan hubungan baik dengan para ulama yang pada gilirannya berarti hubungan baik dengan masa secara keseluruhan. Madrasah nizamiah berfungsi alat untuk menerapkan kebijakan-kebijakan politik, menciptakan rasa persatuan, dan berusaha meredam persengketaan yang terjadi ketika itu.
2. Tujuan Pendirian Madrasah Nizamiah
Madarasah Nizamiah didirikan dengan tiga tujuan :
a. Menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syiah.
b. Menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkannya ke tempat-tempat lain.
c. Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan dan manajemen.
3. Sistem belajar Madrasah Nizamiah
Sistem belajar di Nizamiah adalah tenaga pengajar berdiri di depan ruang kelas menyajikan materi-materi kuliah, sementara para pelajar duduk dan mendengarkan di atas meja-meja kecil (rendah) yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog (soal-jawab) antara dosen dan para mahasiswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi.
4. Kebijakan Nizam Al-Mulk terhadap Madrasah Nizamiah
a. Bidang Finansial
Nizam al-Mulk telah menetapkan anggaran belanja untuk seluruh madrasah-madrasah Nizamiah banyaknya 600.000 dinar. Untuk madrasah Nizamiah Bagdad saja ditetapkan sepersepuluhnya, yaitu 60.00 dinar tiap-tiap tahun.
Dalam dokumen pendirian Madrasah Nizamiah Bagdad, Nizam al-Mulk menentukan bahwa ia memberikan wakaf yang membiayai madrasah tersebut untuk kepentingan para pengikut Syafi’I dalam ushul dan furu’. Ketentuan yang sama berlaku atas semua harta benda yang menjadi wakaf madrasah ini, yakni harta benda tersebut mesti digunakan untuk kepentingan pengikut Syafi’i dalam ushul dan furu’.
b. Bidang Tenaga Pengajar
Disyaratkan bahwa mudarris Nizamiah adalah seorang pengikut Syafi’I dalam ushul dan furu’. Hal yang sama berlaku atas wa’idh (yang bertugas memberikan ceramah-ceramah umum di madrasah), dan atas pustakawan (mutawalli al-kutub).
Disyaratkan pula bahwa madrasah ini mempunyai seorang muqri untuk membaca dan mengajarkan Al-Quran dan seorang ahli nahwu untuk mengajarkan bahasa Arab.
Dengan ini ditetapkan bahwa masing-masing mudarris, wa’idh, pustakawan, muqri, dan nahwi menerima bagian tertentu sebagai gaji dari asset wakaf.
5. Rencana Pengajaran Madrasah Nizamiah
Rencana pengajarannya tidak diketahui dengan tegas. Menurut bukti-bukti di bawah ini rencana pengajarannya hanya ilmu-ilmu syariah saja dan tak ada ilmu-ilmu hikmah (filsafat). Buktinya sebagai berikut:
1. Tak ada seorang juga pun di antara ahli sejarah yang mengatakan bahwa diantara mata pelajarannya ada ilmu kedokteran, ilmu falak, dam ilmu-ilmu pasti. Hanya mereka menyebutkan, bahwa di antara mata pelajarannya ialah nahwu, ilmu kalam, dan fiqhi.
2. Guru-guru yang mengajar di Madrasah Nizamiah itu adalah ulama-ulama syariah, seperti Abu Ishaq As-Syirazi, Al-Gazali, Al-Qazwaini, Ibnu Jauzi, dan lain-lain. Dan tiada dikenal, bahwa disana ada seorang guru filsafat. Maka madrasah itu adalah madrasah syariah, bukan madrasah filsafat.
3. Pendiri Madrasah Nizamiah itu bukanlah orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang membantu pembebasan filsafat.
4. Zaman berdirinya Madarasah Nizamiah, bukanlah zaman filasafat, melainkan zaman menindas filsafat dan orang-orang filosof.
Dengan keterangan itu nyatalah, bahwa Madrasah Nizamiah adalah fakultas agama dan fakultas Syariah dan tiada memasukkan ilmu filsafat yang berdasarkan bebas berfikir dan membahas, seperti Baitul Hikmah masa dahulu.
Rupanya di Madrasah Nizamiah diajarkan ilmu fiqhi dalam empat mazhab. Buktinya, bahwa diantara gurunya Ibnul Jauzi, salah seorang kepala mazhab Hanbali. Tetapi mazhab syafi’I mempunyai kedudukan istimewa, Syekh AL-Wajih mula-mula ia bermazhab Hanbali, kemudian berpindah ke mazhab Hanafi. Sesudah itu ia ditetapkan jadi guru nahu. Lalu ia berpindah lagi ke mazhab Syafi’i.
6. Madrasah-madrasah Nizamiah
a. Madrasah Nizamiah di Nisyapur
Tidak jelas kapan madrasah ini dibangun. Tetapi diketahui dari Ibnu Khallikan bahwa madrasah ini didirikan untuk Al-Juwaini dan Al-Juwaini menjadi guru besar pada madrasah ini selama lebih dari tiga decade yang berakhir dengan kematiannya pada 478 H/1085 M. Ini bisa digunakan untuk mencoba menebak tahun didirikannya yaitu sekitar tahun 440-an H/ 1050-an M.
Secara fisik madrasah ini terdiri dari tiga bagian inti: sebuah gedung madrasah, sebuah mesjid, dan sebuah perpustakaan.
Diantara mereka yang pernah menjadi staff di madrasah ini adalah Al-Juwayni, Abu Al-Qasim, Al-Kiya Al-Harrasi, Al-Gazali, dan Abu Sa’id (mudarris), Abu Al-Qasim Al-Hudzali dan Abu Nasyr al-Ramsyi (muqri), Abu Muhammad Al-Samarqandi (muhaddits), Abu Amir Al-Jurjani (pustakawan).
b. Madrasah Nizamiah di Bagdad
Ibnu Jawzi mencatat bahwa pembangunan Madrasah Nizamiah Bagdad dimulai tahun 457 H/1065 M. Madrasah Nizamiah ini didirikan didekat pinggri sungai Dijlah, di tengah-tengah pasar Selasah di Bagdad. Beberapa bangunan istana tua di pinggir sungai tigris diruntuhkan, lalu bahan bangunannya digunakan untuk madrasah ini. Dua tahun kemudian madrasah ini diresmikan pembangunannya, pada tahun 459 H/1067 M. Ada sebuah insiden mengawali operasi madrasah ini. Diriwayatkan bahwa setelah selesai pembangunan gedung madrasah ini, maka Nizam al-Mulk menetapkan guru yang akan mengajar di madrasah itu ialah Syekh Abu Ishaq As-Syirazi. Pelajar-pelajar telah berkumpul untuk mendengarkan pelajaran yang pertama dan menunggu kedatangan tuan Syekh, tetapi beliau tidak juga hadir. Kemudian di jemput ke rumahnya beliau tidak ada. Sebab beliau tidak hadir ialah karena beliau berjumpa dengan seorang yangberkata kepada beliau : Mengapakah tuan mengajar di tempat yang dirampas (haram)? Maka berobah pendiriannya dan tak mau mengajar dimadrasah itu. Setelah tinggi hari dan tak ada harapan, bahwa beliau akan hadir, lalu ditunjuk Abu Nahsr As-Shabbagh untuk mengajar sebagai ganti beliau itu. Maka duduklah abu nashr member pelajaran.
Tatkala mengetahui Nizam al-Mulk, bahwa Abu Ishaq tidak sedia mengajar di madrasah itu, lalu ia membujuk beliau, supaya suka mengajar dan menghilangkan keraguan hatinya. Akhirnya beliau mengajar juga di madrasah itu. Sedangkan ibnu Shabbagh hanya 20 hari saja mengajar di madrasah itu.
Sebagai madrasah terbesar dizamannya, mereka yang menjadi mudarris Madrasah Nizamiyah Bagdad adalah sarjana-sarjana besar dengan reputasi tinggi, seperti Abu Ishaq Al-Syirazi; Al-Gazali, Al-Kiya Al-Harrasi, dan lain-lain. Abu Zakaria Al-Tabrizi pernah menjadi pustakawan madrasah ini, sambil mengajar sastra dan bahasa Arab. Sementara itu, Abu Bakar Al-Furaki dan Ibnu Al-Qusyayri adalah yang pernah menjadi wa’idh.

C. Madrasah Nizamiah dan Perkembangan Peradaban Islam
Nizamiah adalah satu fenomena penting tidak saja dalam sejarah pendidikan Islam tetapi juga dalam konteks sejarah peradaban Islam secara umum. Hal ini antara lain, adalah karena: a) pembangunan jaringan Madrasah Nizamiyah adalah merupakan bagian signifikan dari kejayaan peradaban Islam khususnya di teritori Dinasti Saljuq (429-590 H/1038-1194 M); b) fenomena ini hampir bertepatan (selang sekitar satu decade) dengan alih kekuasaan dari Dinasti Syi’ah Buwayhi (320-454 H/ 932-1062 M) kepada Dinasti Sunni Saljuq yang kemudian mengakibatkan terjadinyan kebangkitan kembali Sunni; dan c) sebab sejarah pendidikan Islam menunjukkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan Islam par excellence sampai pada periode modern dengan diperkenalkannya lembaga-lembaga modern, seperti universitas.
Madrasah Nizamiah dengan berbagai motif yang melatarbelakangi pendiriannya berperan besar dalam perkembangan peradaban Islam. Madrasah ini mencerminkan kemajuan berfikir pada masa itu. Madrasah dirasakan perlu sehubungan dengan kendala yang didapati pada system pendidikan masjid.
Dari segi pendidikan, pendirian Madrasah Nizamiah sebagai lembaga pendidikan telah mencerminkan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang mencerminkan pula kecemerlangan peradaban Islam.
Contoh yang diberikan Nizam al-Mulk dalam pendirian madrasah membuat para penguasa, bangsawan dan hartawan lain juga ikut membangun madrasah sehingga madrasah kemudian tersebar di seluruh dunia.
Philip K. Hitti, mengatakan Madrasah Nizamiah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu.
Dari segi social kemasyarakatan, Madrasah Nizamiah telah berupaya untuk memperbaiki keadaan Asy’ariyah yang sebelumnya mengalami penganiayaan pada masa Al-Kunduri. Hal ini juga dimanfaatkan untuk menciptakan stabilitas agar tidak ada lagi persengketaan yang malah akan merosotkan perkembangan peradaban Islam.
Dalam bidang politik, Nizamiah yang merupakan alat untuk menerapkan kebijakan-kebijakan politik penguasa sebagai salah satu alternatif untuk membangun pemerintah yang stabil. Pemerintahan yang stabil akan berpengaruh pada perkembangan peradaban Islam.
***************************************************
***SEMOGA BERHASIL DENGAN USAHA DOA DAN TAWAKKAL***
BAB III
SIMPULAN
Dinasti Abbasiyah sebagai dinasti ilmu pengetahuan dan peradaban telah membawa Islam pada masa keemasannya. Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang cepat dengan pembangunan lembaga-lembaga pendidikan yang berupa perpustakaan-perpustakaan dan madrasah-madrasah.
Madrasah Nizamiah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk, seorang wazir Bani Saljuq, adalah salah satu madrasah yang berdiri pada kekuasan Dinasti Abbasiyah. Madrasah ini dengan berbagai latarbelakang dan tujuan pendiriannya serta kebijakan-kebijakan Nizam al-Mulk terhadap Madrasah Nizamiah ini telah menduduki peranan penting dalam perkembangan peradaban Islam. Madrasah ini mencerminkan kemajuan berfikir pada masa itu.
Pendirian madrasah ini telah diikuti oleh para penguasa, bangsawan, dan hartawan untuk membangun madrasah sehingga madrasah tersebar di seluruh dunia.
Ahli sejarah mengatakan bahwa Madrasah Nizamiah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu.


DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Abu Su’ud,Islamologi,Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2003.
DR. Badri Yatim, M.A.,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:Rajawali Pers,2008.
Hasan Asari ,Menyingkap Zaman Keemasan Islam,Bandung:MIZAN,1994.
Prof. DR. Hasan Muarif Ambary,dkk.,Ensiklopedi Islam 1,Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2001.
______________________________,Ensiklopedi Islam 4,Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2001.
Prof. DR. H. Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta:PT HIDAKARYA AGUNG,1990.
DR. H. Maksum,Madrasah, Sejarah, dan Perkembangannya,Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999.
DR. Yusuf Qardhawi,Meluruskan Sejarah Umat Islam,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005.